News & Research

Reader

Yen Tergelincir Pasca Dugaan Intervensi Jepang, Pasar Tunggu Sikap The Fed
Tuesday, April 30, 2024       15:06 WIB

Ipotnews - Yen melemah terhadap dolar, Selasa, melepaskan sebagian kenaikan tajam pada hari sebelumnya yang dipicu dugaan intervensi oleh otoritas Jepang.
Mata uang tersebut turun 0,40% menjadi 157,00 per dolar, namun menjauh dari level terendah dalam 34 tahun di 160,245 yang dicapai pada sesi Senin ketika trader mengatakan intervensi pembelian yen oleh Tokyo mendorong rebound hampir enam yen, demikian laporan  Reuters,  di Tokyo, Selasa (30/4).
Otoritas Jepang belum mengkonfirmasi bahwa mereka telah masuk ke pasar mata uang untuk mendukung yen, namun pasar tetap waspada terhadap intervensi menjelang tinjauan kebijakan moneter Federal Reserve minggu ini.
Angka resmi yang dapat mengungkap apakah intervensi benar-benar terjadi belum akan tersedia hingga akhir Mei.
Kendati sejumlah pelaku pasar memusatkan perhatian pada level 160 yen per dolar sebagai kemungkinan pemicu intervensi, analis mengatakan pemerintah Jepang mungkin tidak menargetkan tingkat tertentu.
Mata uang Jepang itu masih lebih rendah dibandingkan sebelum pengumuman kebijakan Bank of Japan (BoJ) minggu lalu. Mata uang ini juga mencatat penurunan bulanan terbesar sejak Januari.
Investor memperkirakan imbal hasil obligasi Jepang akan tetap rendah untuk jangka waktu yang lama. Sebaliknya, suku bunga AS masih relatif tinggi dan memberikan keleluasaan yang cukup bagi mereka yang bearish pada yen.
"Menghadapi (perbedaan suku bunga) dengan intervensi valas biasanya tidak akan berakhir dengan baik," kata Garvey Padhraic, Kepala Riset ING.
"Solusi yang lebih nyata terhadap hal ini adalah dengan menaikkan suku bunga di Jepang. Jika tidak, harus ada tindakan yang diambil. Dan semakin besar penolakannya, semakin besar pula reaksi selanjutnya."
The Fed memulai pertemuan kebijakan moneter dua harinya pada Selasa, yang diperkirakan mempertahankan suku bunga di 5,25%-5,5%, dengan inflasi AS yang terbukti tetap kaku.
The Fed juga diperkirakan memberikan pesan hawkish, yang berarti kemungkinan akan terjadi lebih banyak aksi jual yen, kata Carol Kong, analis Commonwealth Bank of Australia.
"Implikasinya adalah Kementerian Keuangan kemungkinan akan terpaksa mengambil tindakan lebih dari satu kali untuk memperlambat kenaikan USD/JPY."
Meski waktu kemungkinan kenaikan suku bunga oleh BOJ masih belum jelas, trader terus mengurangi spekulasi penurunan suku bunga the Fed tahun ini di tengah data ekonomi Amerika Serikat yang lebih baik dari perkiraan dan angka inflasi yang tetap tinggi.
Pemotongan suku bunga pada September tampak hampir mustahil, hanya sebesar 44%, menurut FedWatch Tool CME Group.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, naik 0,16% menjadi 105,69, menjelang pertemuan the Fed, setelah tergelincir 0,25% di sesi sebelumnya.
"Data terbaru AS mendorong ekonom kami untuk meredam proyeksinya mengenai dimulainya siklus pelonggaran the Fed menjadi 2025 dari Desember 2024," kata Thierry Wizman, analis Macquarie.
Euro turun 0,17% menjadi USD1,0719. Poundsterling terakhir diperdagangkan USD1,2531, melemah 0,25%.
Di tempat lain, angka penjualan ritel yang lemah di Australia menyebabkan Aussie merosot, terakhir tergelincir 0,60% jadi USD0,653, karena pasar semakin mengurangi risiko kenaikan suku bunga pada September.
Di China, aktivitas manufaktur dan jasa tumbuh lebih lambat pada April.
Yuan di pasar offshore melemah 0,14% menjadi USD7,2523 per dolar. Meski ada dukungan dari bank sentral, yuan terdepresiasi 2% terhadap dolar sepanjang tahun ini dan berada di jalur kerugian bulanan keempat berturut-turut di pasar onshore. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM